Sultan HAM Salehoeddin II bersama Bupati Kukar H
Syaukani HR saat melaksanakan upacara Menyisiki Lembu
Photo: Agri |
|
|
KutaiKartanegara.com 28/09/03 18:44 WITA
Suasana Keraton Kutai Kartanegara ing
Martadipura Sabtu (27/09) malam tadi tampak lebih semarak dibanding malam-malam sebelumnya.
Semua pejabat teras Muspikab Kutai Kartanegara, para kerabat Kesultanan dan ratusan undangan
lainnya berkumpul di ruang singgasana untuk menyaksikan upacara adat Bepelas Malam Ketujuh.
Yang istimewa lagi, Duta Besar Malaysia turut
menyaksikan Bepelas yang merupakan kegiatan Bepelas malam terakhir tersebut. Acara diawali
dengan tari-tarian yang dibawakan anggota kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara. Tak hanya itu,
Ketua DPRD Kukar H Bachtiar Effendi, Assisten I Pemkab Kukar Drs HM Husni Thamrin MM dan
Kepala Dinas Pertambangan Kukar Drs Ec HAB Haryanto Bachroel MM pun didaulat untuk menari
Ganjar Ganjur.
Sultan Kutai Kartanegara ketika melaksanakan prosesi
Bepelas malam terakhir
Photo: Agri |
|
|
Hanya HAB Haryanto Bachroel saja yang tampak
mahir menarikan Ganjar Ganjur, karena Hary -sapaan akrab Kepala Distamben Kukar ini- merupakan
seorang anggota kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara yang telah biasa membawakan tarian ini.
Sementara penampilan Ketua DPRD Kukar dan Assisten I yang cukup percaya diri dan lucu
mengundang tawa dan sambutan aplaus para hadirin.
Beberapa saat kemudian Sultan H Adji Mohamad
Salehoeddin II memasuki ruang singgasana dan duduk disamping Dubes Malaysia dan Bupati.
Selanjutnya Sultan didampingi Bupati Kukar H Syaukani HR mendekati tambak karang atau
hiasan beras warna-warni bergambar Lembu Suana untuk melaksanakan acara Menyisiki Lembu.
Sultan dan Bupati Kukar lalu meletakkan
sejumlah uang diatas tambak karang bergambar Lembusuana tersebut yang disusul oleh para
hadirin lainnya. Menurut Awang Imaluddin Nick Orea, acara Menyisiki Lembu bermakna sebagai
ungkapan terima kasih kepada seluruh Dewa dan Belian yang telah bekerja sepanjang pelaksanaan
Erau, seluruh uang yang terkumpul diperuntukkan bagi dewa dan belian tersebut.
Seorang Dewa menyeret kapal kecil yang kemudian diisi
dengan sejumlah uang oleh para hadirin
Photo: Agri
Suasana menjadi riuh ketika Belimbur Beras dimulai
Photo: Agri
|
|
|
Selepas acara ini, upacara Bepelas 7 Kali
dilaksanakan. Sultan HAM Salehoeddin II sebanyak tujuh kali melakukan prosesi upacara adat
ini. Bunyi ledakan yang cukup mengejutkan terdengar setiap kali kaki kanan Sultan menginjak
gong Raden Galuh. Tidak seperti tahun lalu yang mana bunyi ledakan berasal dari meriam yang
dpinjam dari Artileri Medan TNI AD, untuk Erau kali ini bunyi ledakan berasal dari ledakan
dinamit.
Pada upacara Bepelas malam terakhir sebagai
puncak acara ini, upaacara ditambah dengan Menjala dan Belimbur Beras. Upacara adat Menjala
dilakukan oleh Dewa dan Belian yang berjalan pelan-pelan sambil membawa kain kuning yang
diseret di lantai ruang singgasana yang telah beralas permadani.
Seorang Dewa menyeret kapal kecil yang
terbuat dari kayu melewati para tamu atau undangan. Kemudian dimulai oleh Sultan, Bupati dan
kerabat serta undangan yang hadir menaruh uang ke dalam kapal kayu itu. Acara ini memiliki
makna gotong-royong atau kerjasama antara Sultan dan rakyatnya. Uang yang terkumpul itu
diberikan kepada Dewa dan Belian sebagai jasa mereka dalam melaksanakan upacara-upacara Erau.
Setelah upacara Menjala selesai, dilanjutkan
dengan acara adat Belimbur Beras yang berlangsung seru dan meriah. Dimulai dengan tarian yang
dibawakan Sultan, kerabat Kesultanan dan para undangan lain dengan mengelilingi tambak karang.
Para penari dan seluruh hadirin telah bersiap-siap dengan membawa beras di tangan
masing-masing, beberapa saat kemudian terjadilah saling lempar beras di antara seluruh
hadirin. Iringan musik gamelan terus mengalun selama Belimbur Beras ini, begitu gamelan
semakin pelan dan akhirnya berhenti maka berakhir pula acara lempar-lemparan beras ini dengan
tepuk tangan meriah seluruh hadirin. (win)
Belimbur Beras yang dilakukan dengan penuh sukacita oleh seluruh hadirin
Photo: Agri |
|