Bercocok Tanam Padi di Danau atau Rawa? Metode Sawah Apung Jadi Solusi Petani asal Kelurahan Panji, Tenggarong, Ustuhri, saat membuat rakit untuk padi apung yang akan dikembangkan di kolam ikannya Photo: Agri
KutaiKartanegara.com - 31/10/2020 22:15 WITA
Bercocok tanam padi lazimnya hanya dilakukan para petani di atas lahan tanah yang terbentang di daratan, baik di dataran rendah maupun di daerah pegunungan.
Kendati demikian, masyarakat yang bermukim di daerah rawa maupun di sekitar danau masih bisa menanam padi di atas air. Caranya, dengan menggunakan metode sawah/padi apung.
Metode padi apung inilah yang kini tengah dicoba warga Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, yang diprakarsai KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Bersinar Desaku.
Dengan bimbingan Ketua Gapoktan Panji Sejahtera Tenggarong, Ustuhri, warga Muara Enggelam pekan lalu untuk pertama kalinya mempraktekkan metode padi apung dengan membuat rakit bambu ukuran 1,2 x 4 meter.
"Untuk di Kutai Kartanegara, baru pertama kali ini kita uji coba di Muara Enggelam. Kita sudah cek pH airnya, ternyata cukup bagus yakni antara 5-7. Jadi sudah cocok untuk tanaman padi. Sekarang tinggal kemauan masyarakat, mau nggak metode padi apung. Karena kita tahu, di Muara Enggelam kondisinya memang air, terus bahan baku harus kita datangkan dari desa sekitar, seperti bambu, jaring, serta media tanamnya," ujar Ustuhri.
Ditambahkan Ustuhri, untuk ukuran rakit padi apung, lebarnya tidak boleh lebih dari 2 meter. Untuk panjangnya bisa menyesuaikan panjang bambu atau jaring. "Kalau misal panjang bahannya 12 meter, bisa seukuran itu panjangnya. Yang penting lebarnya tidak lebih dari 2 meter, karena kalau lebih dari itu, kita susah untuk menanam," jelasnya.
Kemudian setelah rakit diberi alas jaring keramba ikang, lanjutnya, jaring dilapisi jerami atau daun pisang untuk menahan tanah sebagai media tanam setebal 5 cm.
Untuk jenis padi yang cocok ditanam di sawah terapung area danau, menurut Ustuhri, yang penting padi itu jangan terlalu tinggi atau lebih dari 1 meter. "Maksimal 1 meter, karena kondisi di Muara Enggelam banyak angin. Kuatirnya kalau padi terlalu tinggi, kemudian ditiup angin, padi tersebut bisa ambruk," ungkapnya.
Ada pun jenis padi yang ditanam secara terapung di Muara Enggelam, tambahnya, adalah padi Serai Kuning. "Jenis padi ini sudah bisa dipanen 120 hari setelah tanam," kata warga Kelurahan Panji, Kecamatan Tenggarong ini.
Menurut Ustuhri, metode padi apung ini membutuhkan perlakuan khusus. Namun yang harus diperhatikan adalah untuk pestisida dan herbisidanya harus dari bahan yang ramah lingkungan. "Karena posisi di sana adalah sentra ikan, jadi kita gunakan yang organik agar tidak mengganggu ikan-ikan yang ada di sana," jelasnya lagi.
Usai menerapkan metode padi apung di Desa Muara Enggelam, kini Ustuhri tengah mencoba untuk mengembangkan metode yang sama di kolam ikan miliknya yang terletak di sekitar Waduk Panji Sukarame. "Saya buat sama ukurannya seperti di Muara Enggelam. Nanti akan saya taruh di atas kolam ikan. Untuk padi yang ditanam, saya akan coba menanam padi Mayas," pungkasnya. (win)
|