Mahasiswa dan Warga Kembali Demo PLN Suasana aksi damai mahasiswa dan masyarakat Kukar di kantor PT PLN Tenggarong tadi siang Photo: Agri
Markus dari STT Tenggarong mengeluhkan pemadaman listrik yang mengganggu jalannya kuliah malam di kampusnya Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 29/10/2007 22:58 WITA
Sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat Tenggarong tadi siang menepati janjinya untuk melakukan aksi damai di kantor PT PLN Ranting Tenggarong. Aksi lanjutan dari aksi dua malam lalu itu melibatkan unsur PMII, KAMMI, Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) Tenggarong, LSM Barisan Oposisi Murni, LSM Getar, Formasi Unikarta dan FAM Kukar.
Ketua PMII Kukar, Junaidi, dalam orasinya menyesalkan kinerja pelayanan PLN yang belakangan ini kerap melakukan pemadaman aliran listrik. "Banyak kerugian yang telah ditimbulkan, mulai dari kerusakan peralatan listrik rumah tangga hingga terjadinya kebakaran selama pemadaman listrik," ujarnya.
Senada dengan Junaidi, salah seorang mahasiswa STT Tenggarong bernama Markus mengaku bahwa pemadaman listrik telah mengakibatkan proses belajar-mengajar di kampusnya menjadi terhambat. "Karena kuliah sering dilakukan pada malam hari, sehingga kami sangat tergantung terhadap listrik PLN," keluhnya.
Lain lagi pendapat salah seorang warga Tenggarong yang bernama Ishak. "Orang bilang Kukar kaya. Tapi apa nyatanya, listrik mati siang malam. Masyarakat sudah bosan dengan ini, jangan buat masyarakat marah. Tolong ini menjadi perhatian PLN," kata warga Jalan Gunung Belah ini.
Salah seorang warga Jl Gunung Belah, Ishak, berorasi menyampaikan kekecewaannya terhadap kinerja PLN Photo: Agri | | |
Setelah melakukan orasi secara bergantian, para pengunjukrasa kemudian berdialog dengan pihak manajemen PT PLN Cabang Samarinda yang diwakili Natan selaku Asisten Manajer Distribusi dan Kepala PT PLN Ranting Tenggarong, Budiyana. Dialog antara kedua belah pihak dilakukan sambil duduk lesehan di halaman kantor tersebut.
Kepada pengunjukrasa, pimpinan PT PLN Ranting Tenggarong menjelaskan bahwa terjadinya pemadaman listrik secara bergiliran terpaksa dilakukan karena terbatasnya kemampuan produksi listrik PLN di PLTGU Tanjung Batu yaitu hanya sebesar 165 Mega Watt (MW). "Sedangkan pemakaian listrik oleh pelanggan pada beban puncak mencapai 195 MW. Mau tidak mau harus dilakukan pemadaman listrik bergiliran," ujarnya.
Menurut Budiyana, PLN terus berupaya memperbaiki pelayanan kepada masyarakat dengan membangun beberapa pembangkit listrik baru di wilayah Mahakam untuk menjawab kebutuhan listrik yang terus meningkat saat ini.
Namun pengunjukrasa menilai jawaban tersebut sudah terlalu sering mereka dengar dari pejabat PLN. "Jika PLN benar-benar ingin memperbaiki pelayanannya, kami minta PLN mau menandatangani kontrak dengan masyarakat Kukar," ujar Koordinator Aksi, Wahyudi.
Koordinator Aksi, Wahyudi, menyerahkan naskah pernyataan yang mesti ditandatangani pihak PLN jika ingin memperbaiki pelayanannya Photo: Agri | | |
Natan kemudian menyimak isi naskah pernyataan yang diserahkan kepadanya. Ada lima butir dalam pernyataan tersebut yang diantaranya berbunyi, pihak PLN siap memberikan ganti rugi berupa pemotongan tarif sebesar 1% per jam pemdaman dari total tagihan per bulan. Kemudian PLN wajib memberikan santunan bagi warga yang mengalami musibah kebakaran akibat pemadaman listrik.
Baik Natan maupun Budiyana tidak bersedia menandatangani pernyataan tersebut. Menurut Natan, mereka bukanlah pejabat yang berwenang untuk mengambil keputusan. Namun Natan berjanji akan meneruskan aspirasi pengunjukrasa kepada manajemen tingkat atas.
Menanggapi hal itu, Ketua PMII Kukar Junaidi meminta agar PLN benar-benar menepati janjinya untuk menyampaikan pernyataan tersebut kepada pimpinan PLN. "Kami beri deadline selama 1 minggu sudah ada kejelasan dari PLN," ujarnya.
Pertemuan kedua belah pihak diakhiri dengan penyerahan naskah pernyataan secara simbolis dari Koordinator Aksi, Wahyudi, kepada Natan yang bertindak mewakili manajemen PT PLN Cabang Samarinda. Aksi damai ini berjalan dengan tertib hingga para pengunjukrasa membubarkan diri. (win)
|