Umat Hindu Kukar Laksanakan Ritual Nyepi Suasana ritual Tawur Agung Kesanga di halaman Pura Payogan Agung, Tenggarong, Kamis (10/03) siang Photo: Yanda
Tawur Agung Kesanga, salah satu ritual yang dilakukan sehari sebelum Hari Raya Nyepi Photo: Yanda
|
KutaiKartanegara.com - 11/03/2005 15:13 WITA
Jutaan umat Hindu di seluruh tanah air hari ini merayakan Tahun Baru Saka 1927 atau yang dikenal dengan Hari Raya Nyepi. Tak terkecuali di Kutai Kartanegara (Kukar), warga Hindu Dharma yang bermukim di daerah ini akan 'mengurung diri' didalam rumah untuk melaksanakan Tapa Brata Penyepian.
Menurut Ida Bagus Dwi Jatanaya, salah seorang Pinandita atau pendeta agama Hindu di Kukar, sebelumnya ada beberapa ritual khusus sebagai rangkaian perayaan Nyepi yang telah dilakukan sejak hari Minggu (06/03) lalu.
"Ritual pertama dinamakan Melasti yakni upacara pensucian alam makrokosmos agar terjadi keseimbangan antara hal-hal yang positif dan yang negatif. Pelaksanaan Melasti ini dipusatkan di Balikpapan hari Minggu lalu dengan diikuti seluruh umat Hindu yang ada di Kalimantan Timur," tutur IB Dwi Jatanaya.
Panindita IB Dwi Jatanaya (kiri) saat memimpin doa kepada Sang Hyang Widhi Wasa Photo: Agri | | |
Kemudian sehari sebelum perayaan Nyepi tepatnya hari Kamis (10/03) kemarin, dilaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga yang digelar di daerah masing-masing. Di ibukota Kabupaten Kukar, Tenggarong, pelaksanaan upacara ini dilangsungkan di Pura Payogan Agung yang terletak di Kelurahan Loa Ipuh.
"Prosesi Tawur Agung Kesanga ini bermakna pembersihan mikrokosmos atau diri sendiri serta pembersihan alam makrokosmos atau dunia sebelum memasuki Tahun Baru Saka atau Hari Raya Nyepi," kata IB Dwi Jatanaya yang juga Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kukar ini.
Kemudian tepat pada Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hari ini, menurut IB Dwi Jatanaya terdapat empat pantangan yang wajib dilakukan umat Hindu yakni Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelanguan dan Amati Lelungan. "Amati Geni artinya tidak boleh menyalakan api atau listrik, Amati Karya artinya tidak boleh bekerja, Amati Lelanguan berarti tidak bersenang-senang dan Amati Lelungan berarti tidak boleh bepergian," paparnya kepada KutaiKartanegara.com kemarin siang.
Sehari setelah pelaksanaan Nyepi, barulah umat Hindu akan keluar rumah dalam suasana batin yang bersih untuk mengunjungi handai tolan atau para kerabat dan saling bermaaf-maafan seperti yang dilakukan umat Islam saat Lebaran usai berpuasa sebulan penuh. Demikian katanya. (win/nop)
|