Warga Amati Super Blood Moon di Planetarium Jagad Raya Pembina KOMPAS Wedy Handoko mengamati fenomena Super Moon Blood dengan menggunakan teleskop digital Ioptron Photo: Agri
Teleskop manual Starhoc turut digunakan untuk pengamatan GBT di Planetarium Jagad Raya, Tenggarong Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 26/05/2021 23:44 WITA
Fenomena alam Super Blood Moon atau Gerhana Bulan Total (GBT) yang terjadi pada Rabu (26/05) malam turut menjadi perhatian warga Kutai Kartanegara (Kukar).
Termasuk sejumlah anak muda yang tergabung dalam Komunitas Pecinta Astronomi Kutai Kartanegara atau KOMPAS Kukar. Bekerja sama dengan Planetarium Jagad Raya, Tenggarong, KOMPAS Kukar melakukan pengamatan fase-fase terjadinya GBT.
Pengamatan fenomena langka Super Blood Moon yang terjadi setiap 195 tahun ini dilakukan dengan menggunakan 2 buah teleskop, yakni teleskop manual Starhoc dan teleskop digital Ioptron.
Dengan bantuan teleskop tersebut, warga bisa melihat dengan jelas bulan purnama yang terlihat memerah akibat terjadinya peristiwa Gerhana Bulan Total.
Menurut Pembina KOMPAS Kukar, Wedy Handoko, fenomena Gerhana Bulan Total kali ini sangat istimewa. "Selain bertepatan dengan Hari Raya Waisak, fenomena ini disebut Super Blood Moon karena Gerhana Bulan Total terjadi saat bulan berada pada posisi terdekat dengan bumi. Fenomena Super Blood Moon ini hanya terjadi setiap 195 tahun," terangnya.
Ditambahkannya, fase puncak gerhana bulan yang dapat disaksikan warga Kukar, khususnya Tenggarong, terjadi pada pukul 19.18 WITA dengan durasi selama 14 menit 30 detik. Dan fase GBT baru berakhir sekitar pukul 21.30 WITA.
Di Indonesia Tengah, seperti di Kukar, lanjutnya, masyarakat bisa menyaksikan fase umbra dan fase puncak gerhana. "Begitu bulan terbit, sudah terjadi GBT. Kalau masyarakat di Indonesia Timur bisa melihat semua prosesnya, ketika bulan masuk penumbra, umbra hingga fase puncak terjadinya gerhana," jelasnya.
Menurut Wedy, KOMPAS Kukar sudah mempersiapkan pengamatan di halaman Planetarium Jagad Raya sejak sore mulai pukul 17.30 WITA "Alhamdulillah cuaca sangat mendukung untuk pengamatan, walau sempat berawan saat Maghrib," ujarnya lagi.
Wedy menyebutkan, pada tahun 2021 ini akan terjadi 4 gerhana. Terdiri dari 2 gerhana bulan dan 2 gerhana matahari. "GBT yang terjadi malam ini adalah pembuka dari 4 gerhana yang terjadi sepanjang 2021. Nanti pada bulan Juni akan terjadi gerhana matahari sebagian, kemudian pada bulan November kembali terjadi gerhana bulan, dan terakhir pada bulan Desember akan terjadi gerhana matahari. Hanya saja kita di Indonesia tidak bisa melihat fenomena gerhana matahari, kita hanya bisa menyaksikan gerhana bulan pada bulan ini dan bulan November mendatang," pungkasnya. (win)
|