Lagi, Seorang Pria Ditemukan Gantung Diri di Sebulu Jenazah Jaminuddin dibawa ke Puskesmas Sebulu setelah ditemukan tergantung di dapur rumahnya Photo: Dok. Polsek Sebulu
KutaiKartanegara.com - 10/11/2016 21:54 WITA
Belum genap 2 minggu seorang pria di desa Sumber Sari, Kecamatan Sebulu, melakukan aksi gantung diri, kejadian yang sama kembali terulang di wilayah Sebulu, Kamis (10/11) pagi.
Kali ini, seorang pria bernama Jaminuddin (41) meregang nyawa setelah nekat melakukan aksi gantung diri di rumahnya yang berada di Jalan Abdul Riso, RT 006 Desa Sebulu Modern.
Kapolres Kutai Kartanegara AKBP Fadillah Zulkarnaen melalui Kapolsek Sebulu AKP Zainal Arifin menerangkan, korban meninggal dunia murni karena bunuh diri setelah lehernya terjerat seutas tali nilon.
"Dari hasil visum, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada diri korban. Jadi dipastikan korban tewas murni karena bunuh diri. Untuk motifnya, masih belum diketahui," jelasnya.
Sebelum ditemukan gantung diri, lanjut Zainal, istri korban yakni Mila Karmila (37) sempat melihat korban membuka warung sembako di depan rumah setelah bangun tidur. "Lalu korban pergi ke dapur dan diperkirakan hendak merebus air panas untuk mandi anaknya," ungkapnya.
Namun setelah sekian lama, korban tak kunjung keluar dari dapur. Sang istri lalu meminta menantunya yakni Mentari Handayani (23) untuk pergi ke dapur merebus air. "Nah, begitu pintu dapur dibuka, saudari Mentari melihat korban sudah tergantung dengan leher terjerat tali nilon," katanya.
Melihat hal itu, Mentari langsung berteriak. Seluruh anggota keluarga di rumah tersebut langsung datang ke dapur. Mereka kemudian menurunkan serta melepas tali yang mengikat leher korban karena beranggapan korban masih bisa diselamatkan.
Namun nyawa Jaminuddin ternyata memang sudah tak tertolong lagi. Atas kejadian tersebut, pihak keluarga kemudian melapor ke Polsek Sebulu, "Pihak keluarga bersama petugas Polsek Sebulu kemudian membawa korban ke Puskesmas Sebulu untuk dilakukan visum luar," ujarnya.
Kapolsek Sebulu menambahkan, tidak dilakukan otopsi terhadap jenazah korban lantaran orangtua korban menolaknya. "Orangtua korban dapat menerima kejadian tersebut sebagai musibah, sehingga mereka tidak bersedia dilakukan otopsi," pungkasnya. (win)
|