Dari Pelosok Terbitkan Novel Petualangan
Hanafi (kanan) menyerahkan novel kepada Kepala Dinas Pendidikan Kukar, Hermawan Photo: Istimewa
|
KutaiKartanegara.com - 22/10/2012 08:31 WITA
Setelah pada tahun 2010 lalu menerbitkan buku siswanya di SMAN 1 Kembang Janggut, penulis muda asal Kutai Kartanegara (Kukar) Hanafi kembali menerbitkan sebuah novel.
Hanafi membukukan novel petualangan yang berjudul Misteri Beruang Hantu dan Rumah Kupu-Kupu. Latar belakang yang digunakan dalam novel ini adalah di kota Tenggarong.
"Walaupun cerita di buku ini adalah fiksi, namun saya mencoba menyatukannya dengan setting yang benar-benar ada," ujar Hanafi yang menggunakan nama pena Q Eifan dalam novel ini.
Dikatakan guru yang menyukai fotografi dan membaca ini, tulisannya tersebut pernah menjadi nominasi dalam sebuah lomba yang dilaksanakan oleh Pusat Perbukuan Nasional.
Cover novel Misteri Beruang Hantu dan Rumah Kupu-Kupu Photo: Istimewa | | |
"Sasaran pembaca untuk novel ini adalah remaja. Novel ini menceritakan sebuah petualangan yang melibatkan sekelompok remaja yang duduk di bangku SMP dengan tokoh utama bernama Faza," katanya.
Hanafi berharap agar buku yang ditulisnya tersebut bisa dijadikan sebagai acuan menulis yang sangat sederhana bagi guru-guru yang ada di Kukar. "Karena menulis itu mudah dan menyenangkan," imbuhnya.
Ditambahkannya, dengan menulis ia tak berharap menjadi orang yang terkenal atau mempunyai uang banyak. "Yang terpenting adalah bagaimana saya bisa menuliskan ide-ide yang bisa saya bagi kepada orang lain. Selain menghibur juga ada nilai-nilai edukasi yang saya selipkan dalam sebuah cerita," ucapnya.
Saat ini, lanjut Hanafi, dirinya bersama komunitas Forum Lingkar Pena (FLP) Kaltim sedang menyusun program yang akan melibatkan remaja di Kaltim untuk melakukan gerakan 100 Buku Pelajar Kaltim.
"Terus terang saya terinspirasi dari sosok Korrie Layun Rampan yang luar biasa. Dengan kondisinya sekarang tetap bersemangat untuk menghasilkan karya-karya besar," demikian katanya. (win)
|
SINOPSIS
Faza akhirnya terpaksa meninggalkan kota Samarinda. Meninggalkan Samarinda berarti meninggalkan ayah yang sangat ia cintai. Tapi, tak ada pilihan lain bagi bundanya.
Kehidupan mereka harus berlanjut. Mereka kemudian menetap di kota Tenggarong. Sebenarnya Faza menyukai rumah kakek dan neneknya itu. Namun, tetap saja ia tak bisa melepaskan kerinduannya akan ayahnya.
Hari-hari pertama di Tenggarong sangat menjemukan baginya. Hingga ia kemudian teringat akan rumah kupu-kupu di tengah kebun kakeknya. Ia pun mendatangi tempat itu. Sungguh gambaran yang ia ingat tidak seindah dengan keadaannya sekarang.
Faza kemudian membersihkan kebun itu sendiri. Di sanalah ia menemukan beragam keanehan. Suatu sore ia melihat sesuatu yang tak biasa di seberang sungai. Seekor beruang yang besar. Apakah itu beruang yang selalu dibicarakan oleh orang di kota ini? Ya... Beruang hantu!
Kehadiran sosok bertopi lebar yang menyelamatkannya dari jilatan api juga terasa aneh. Siapa sosok itu sebenarnya? Ingatannya tentang Rizal, sepupunya juga begitu lekat di benaknya. Persaingan dan permusuhan yang terjadi di antara mereka, membuat Faza sedikit demi sedikit merindukan sepupunya itu.
Petualangannya di rumah kupu-kupu dan menyingkap tabir beruang hantu begitu menguras energinya. Untunglah ia memiliki banyak sahabat yang akhirnya membawanya semakin mencintai tempat kelahirannya itu. Lalu apakah ia bisa melupakan ayahnya? Suatu hari kelak ia akan mengunjungi ayahnya. Itu janjinya...
Q. Eifan |