Sempekat Keroan Kutai: Terlalu Berlebihan, Penyidik KPK Dikawal Aparat Bersenjata
Petinggi Pore SKK H Awang Yacoub Luthman (kiri) saat jumpa pers di Tenggarong, Kamis (15/02) siang Photo: Agri
|
KutaiKartanegara.com - 16/02/2007 15:09 WITA
Tindakan para penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melibatkan aparat Brimob Polda Kaltim bersenjata lengkap dalam melakukan tugas di sejumlah dinas/instansi Pemkab Kutai Kartanegara (Kukar) belum lama ini dinilai sebagai tindakan yang arogan dan berlebihan.
Hal tersebut dikemukakan Petinggi Pore Sempekat Keroan Kutai (SKK) Ir H Awang Yacoub Luthman MM saat jumpa pers di Ruang Kabag Humas dan Protokol Pemkab Kukar, Tenggarong, Kamis (15/02) kemarin.
"Ini sudah keterlaluan serta sangat bertentangan dengan etika dan budaya masyarakat Kutai. Apakah kondisi di Kukar sudah sedemikian parah dan gawat, sehingga untuk meminta data di dinas-dinas harus menurunkan petugas bersenjata lengkap," katanya.
Dikatakan Awang Yacoub, pihaknya sangat menyayangkan hal tersebut. Namun bukan berarti pihaknya menolak kadatangan KPK untuk mendapatkan data-data atau bukti-bukti penyimpangan di Kukar.
"Malahan kami sangat mendukung dan siap mendampingi petugas KPK saat mencari data-data di dinas/instansi. Jadi tidak perlu melibatkan petugas bersenjata lengkap," ujar Awang Yacoub yang juga Direktur Utama PDAM Tirta Mahakam ini.
Menurut Awang Yacoub, pihaknya siap melayani dan membantu siapapun yang datang ke Kutai dengan baik, sepanjang hal itu tidak merendahkan harkat dan martabat warga Kutai. "Bahkan kalau perlu kita bangunkan kantor untuk KPK di sini," tandasnya.
Ditambahkannya, kedatangan petugas KPK dengan pengawalan personel Brimob bersenjata lengkap telah menimbulkan keresahan masyarakat, khususnya para pegawai. "Membawa Brimob bersenjata dan siap ditembakkan, apakah ini tidak meresahkan?" katanya.
Senada dengan Awang Yacoub, pengurus SKK lainnya yakni Edy Mulawarman menyatakan pihaknya sangat mendukung upaya KPK dalam rangka penegakan supremasi hukum. "Hanya saja, caranya yang kami protes adalah pengawalan aparat yang terlalu berlebihan," katanya. (win)
|