Penelitian Pekerja Anak Diseminarkan Pekerja Anak Masih Ditemukan di Tiga Kecamatan
Suasana kegiatan Seminar Perlindungan Anak di Tenggarong tadi siang Photo: Rian
|
KutaiKartanegara.com - 07/12/2006 22:46 WITA
Lembaga Penelitian (Lemlit) Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong menyatakan bahwa tiga kecamatan di Kutai Kartanegara (Kukar) masih ditemui pekerja anak. Ketiga kecamatan tersebut adalah Tenggarong, Samboja dan Muara Muntai.
Hasil penelitian pihak Lemlit Unikarta tersbut diangkat dalam seminar sehari bertema Presentasi/Seminar Implementasi UU No 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak di Kukar yang berlangsung tadi siang di Tenggarong.
Dikatakan Ketua Lemlit Unikarta, Heru Suprapto SE, sudah saatnya Pemkab Kukar melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program pencanangan Zona Bebas Pekerja Anak (ZBPA). Karena setelah dilakukan penelitian maka ada tiga kecamatan di Kukar ditemukan anak-anak di bawah umur yang bekerja.
Kendati masih ditemui pekerja anak, lanjut Heru, namun persentasenya cenderung menurun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pekerja anak.
"Hal ini terlihat dari hasil penelitian kami, bahwa masyarakat semakin sadar perlunya melindungi anak dari pekerjaan sebesar 78,26 %. Dan yang tidak mempedulikan larangan tidak mempekerjakan anak sekitar 21,61 %," ujarnya.
Menurut Heru, hal tersebut mengindikasikan bahwa Pemkab Kukar dengan program ZBPA-nya perlu lebih menggalakkan lagi sosialisasi program tersebut sehingga tercapai sasarannya yaitu nol persen pekerja anak.
"Kalau dibiarkan terus menerus kecenderungan mempekerjakan anak akan semakin meningkat. Karena kondisi makro sosial-ekonomi masyarakat masih belum stabil. Terutama yang terjadi di pedalaman dan pesisir," katanya.
Sementara pemateri lain yakni Dekan Fakultas Ekonomi (Fekon) Unikarta, Dr Iskandar MSi, mengangkat masalah kekerasan terhadap anak. Menurutnya, sebab akibat terjadi kekerasan oleh orangtua terhadap anak disebabkan oleh dua faktor.
"Pertama akibat didera kemiskinan di dalam keluarga. Dan faktor kedua berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan orangtua. Kedua faktor ini acap memicu terjadinya kekerasan terhadap anak," demikian katanya. (ian)
|