Para Tukang Belian ketikan membacakan memang
atau mantera-mantera dalam upacara adat Menjamu Benua kemarin sore
Photo: Agri
Suasana upacara adat Menjamu Benua di Buntut Benua, tepatnya di depan Kantor Bupati Kutai Kartanegara
Photo: Agri
|
|
|
KutaiKartanegara.com 16/09/03 23:13 WITA
Erau 2003 memang belum secara resmi dibuka, namun
serangkaian upacara adat Erau telah dimulai sejak Senin (15/09) kemarin. Misalnya saja kemarin
siang telah berlangsung upacara adat Menjamu Benua menyusul upacara adat Beluluh Sultan yang
dilaksanakan pagi hari sebelumnya.
Menurut adat dan kepercayaan setempat,
upacara adat Menjamu Benua ini dimaksudkan untuk memberi makan kepada makhluk-makhluk halus di
bagian hulu, tengah dan hilir Benua (kota Tenggarong).
Upacara ini juga sebagai permohonan kepada
Yang Maha Kuasa agar diberikan keselamatan dalam pelaksanaan pesta rakyat (Erau) yang akan
digelar beberapa hari lagi.
Ada tiga tempat di kota Tenggarong yang
menjadi tempat pelaksanaan Menjamu Benua, pertama di Kepala Benua (Kampung Mangkurawang),
Tengah Benua (Kampung Panji) dan Buntut Benua (Kampung Timbau). Menjamu Benua dilaksanakan
oleh petugas adat yang terdiri dari Tukang Belian, Dewa serta Pangkon dengan memberikan sesaji
di tiga tempat tersebut.
Sesaji tersebut berupa seekor ayam hidup,
daging ayam yang telah dibakar, beberapa jenis kue khas Kutai, "Gunung Emas" yakni
beras ketan yang sudah ditanak dan diwarnai kuning dengan kunyit, dan diberi telur rebus di
bagian puncaknya. Sajian ini diletakkan di atas anca yang terbuat dari anyaman bambu yang
tiangnya tertancap ke tanah.
Seorang pawang yang disebut Dewa dalam prosesi
Menjamu Benua
Photo: Agri |
|
|
Mengambil Air Tuli
Rangkaian lain menjelang dibukanya Erau adalah upacara pengambilan air tuli di
perairan Kutai Lama yang berlangsung tadi pagi. Mengapa harus di perairan Mahakam Kutai Lama?
Karena di tempat inilah pertama kalinya raja pertama dari Kerajaan Kutai Kartanegara Aji
Batara Agung Dewa Sakti dinobatkan.
Yang diutus untuk mengambil air tuli
ini adalah orang dari Kampung Jawa bergelar Awang. Mereka berangkat saat pagi hari dengan
mengendarai kapal yang dikepalai oleh Dewa dan Tukang Belian. Air tuli ini sendiri akan
digunakan dalam upacara-upacara sakral dalam Erau seperti Beluluh dan mendirikan Tiang Ayu. (win) |