KutaiKartanegara.com 28/05/03
Pelaksanaan otonomi daerah (Otda) dalam 2 tahun belakangan ini oleh Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), ternyata telah membuat kabupaten lain merasa iri. Pasalnya dengan segala sumber daya alam (SDA) yang dimilikinya, Kukar merupakan kabupaten yang memiliki jatah perimbangan cukup
besar ketimbang daerah-daerah tingkat
dua lainnya yang juga memperoleh kewenangan otda tersebut.
"Seharusnya daerah lain tidak memiliki rasa iri seperti itu. Sebab hampir 55 tahun lebih, Kukar telah menyumbangkan seluruh penghasilannya ke pusat tetapi apa kenyataannya, daerah tersebut tetap menjadi sebuah daerah yang miskin. Eh baru sekitar 2 tahun membangun dengan otda, daerah lain malah iri. Seharusnya tidak demikian," tutur Prof
Dr Andi Malarangeng, dalam bedah buku "Otonomi Daerah dan Kompetensi Lokal Pikiran dan Konsep Syaukani HR" yang berlangsung di Hotel Montana Dua, Kota Malang kemarin.
Kehadiran pakar otda yang telah eksis berkecimpung di dunia politik
tersebut adalah selaku pembanding. Sementara Bupati Kukar H Syaukani HR
adalah selaku pembicara yang cukup banyak menjelaskan soal langkah yang dilakukan jajarannya dalam membangun
Kukar lewat program Gerbang Dayaku yang sudah berjalan sekitar 2 tahun belakangan ini.
Sebagai
moderator adalah Herry Susanto yang juga menjadi penulis buku Syaukani tersebut. Acara itu sendiri digelar oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Lembaga Insan Citra (LIC) Malang.
Selaku pembanding, Andi
Malarangeng tidak banyak memberikan koreksi terhadap buku yang memuat konsep dan pemikiran bupati Kukar tersebut. Secara njelentreh, pentolan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PDK) itu memberikan penjelasan soal otonomi daerah.
"Dalam hal ini selaku pembanding, saya tidak
bisa memberikan kritik atau mencari kekurangan terhadap isi buku. Sebab dari judulnya disebutkan otonomi daerah dari pikiran dan konsep Syaukani. Tentunya yang ada di buku tersebut adalah isi dan pikiran Syaukani. Maksudnya agar kita membaca buku tersebut, bias menjadi pembuka untuk masuk dan memahami tentang otonomi daerah yang dijalankan di Kukar," ujar Andi
Malarangeng kembali, memberikan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan yang dilancarkan peserta bedah buku.
Secara sederhana juga ia menjelaskan tentang mekanisme bedah buku yang sepertinya belum dipahami benar oleh mereka yang hadir. Dimana buku memang dibagikan manakala peserta masuk ke ruangan. Jika peserta membaca dan tertarik, maka bisa memiliki buku tersebuut. Atau menanyakannya jika ada hal-hal yang kurang dimengerti. Bukannya mencari cacat dan cela atau
kelemahan dari buku yang diterbitkan.
"Kendati adanya kekurangan terdapat di buku, hal itu bisa menjadi catatan dan masukan berharga bagi penyusun atau penulisnya. Acara bedah buku yang pernah digelar, juga tak pernah buku yang hendak dibedah, sudah dibagikan 3 hari
sebelum acara," ujarnya.
Dalam acara bedah buku yang bertema
"Dinamika Politik Lokal dan Manajemen Era Pemerintahan Daerah
dalam Pemberdayaan Masyarakat", Syaukani ataupun Andi
Malarangeng banyak menjelaskan soal penerapan Otda yang ada. Dimana intinya otonomi daerah akan membuat daerah makmur dan kuat. Namun tidak akan menyebabkan perpecahan kesatuan dan persatuan bangsa.
"Jika daerah kuat maka negara akan kuat. Demikian pula jika daerah makmur, maka negara akan makmur. Inilah yang ada jika otda sudah benar-benar dilaksanakan. Sebab selama ini hanya pusat saja yang makmur, sementara daerah tetap miskin. Kondisi tersebut telah terjadi selama orde baru. Sehingga pemerintahan sekarang ini yang harus memperbaikinya," kata Syaukani.
Secara singkat Bupati Kukar membeberkan langkah
pembangunan Gerbang Dayaku yang dilakukan di daerahnya. Seperti melakukan pembangunan di 3 bidang, meliputi perkotaan, pedesaan dan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Kami memang mengutamakan pembangunan SDM. Dengan mengetengahkan program yang memprioritaskan pendidikan dan kesehatan warga. Selain itu juga bidang-bidang pembangunan infrastruktur perkotaan dan pedesaan," katanya. Selama ini hasil-hasil daerah yang diberikan oleh Kukar, terbanyak dinikmati oleh Jakarta saja.
Namun dengan adanya otda,
dana bagi hasil minyak dan gas yang diperoleh Kukar, juga dirasakan langsung oleh daerah lainnnya. Kendati dalam hal ini pusat tetap mendapatkan porsi yang masih terbilang
besar, namun Kukar sendiri selaku daerah penghasil, boleh berbangga dengan nilai bagi hasil yang besar untuknya.
"Daerah lain seharusnya tidak boleh merasa iri dengan Kukar. Sebab hasil dari sumber daya alam kami juga dirasakan oleh semua daerah di Tanah Air ini. Memang, dari prosentase pembagian, kami memperoleh angka bagi hasil yang paling besar untuk seluruh kabupaten di negara ini," kata Syaukani lagi.
Acara bedah buku yang berlangsung lebih dari 3 jam tersebut, berjalan cukup hangat. Dimana semangat tinggi diperlihatkan seluruh peserta untuk memberikan pertanyaannya kepada narasumber dan
pembanding, sehingga moderator terpaksa membatasi jumlah pertanyaan untuk setiap sesi yang dibagi 3 tersebut.
Usai acara bedah buku, secara simbolis panitia lalu menyerahkan kenang-kenangan kepada Heri Susanto selaku moderatornya. Kemudian kepada Andi
Malarangeng dan terakhir kepada Syaukani HR.
Pada kesempatan itu, Bupati Kukar juga menyerahkan buku lain yang
ditulisnya kepada panitia. Buku tersebut merupakan rangkuman dan intisari dari buku-buku yang pernah ditulis Syaukani
(idn)
|