Didi
Petet ditengah-tengah para peserta workshop
perfilman
Photo: Yanda |
|
|
KutaiKartanegara.com 25/04/03
Dalam workshop perfilman yang berlangsung
sejak tanggal 23 hingga 28 April bertajuk "Peningkatan SDM di Bidang Perfilman"
hasil kerja bareng PARFI Pusat dan PARFI Korda Tenggarong, Didi Petet mengatakan bahwa secara prinsip tidak
ada perbedaan akting di panggung dan di media film. Hal yang terpenting adalah kesadaran pemain untuk memahami perbedaan karakter media film dan panggung.
"Dalam media film, kamera merupakan representasi dari mata penonton. Kesadaran inilah yang diperlukan oleh artis untuk dapat mengatur akting dan pertimbangan estetika yang ingin dieksploitasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini akan berbeda dengan pementasan di panggung dimana penonton dari kursinya yang tersebar dapat secara langsung menonton dengan perspektif yang agak berbeda."
kata Didi Petet yang dalam workshop perfilman kemarin (24/04)
menyampaikan materi mengenai Pemeranan di Gedung Serapo
"H Zailani Idris", Tenggarong.
Didi juga menekankan arti penting latihan untuk membiasakan dan mengasah kemampuan akting serta intuisi seorang artis peran. Dalam dunia peran,
Didi Petet menjelaskan bahwa seorang artis harus siap menerima peran apapun yang diberikan
oleh sutradara. Kesiapan untuk memerankan tokoh yang berbeda akan semakin memperkaya wawasan dan nilai lebih seorang artis.
Suasana
workshop perfilman tentang Pemeranan yang
dibawakan oleh Didi Petet
Photo: Yanda |
|
|
"Dalam dunia peran, bekerja secara teamwork merupakan keharusan bagi seluruh elemen team baik itu sutradara, penata artistik, penata
suara dan artis serta person pendukung yang lain. Terlebih dalam dunia film komersial, bekerja secara teamwork memiliki nilai ekonomis karena produksi film merupakan fenomena industri yang mempertimbangkan faktor
untung-rugi." jelas Didi yang juga Dosen pada Institut
Kesenian Jakarta.
Menurutnya, implementasi bekerja secara teamwork adalah saling percaya terhadap sesama pemain. Hal ini akan dapat saling
mengembangkan dan mendukung hubungan karakter diantara artis dalam berperan.
Dalam workshop tersebut Didi Petet menilai peserta dari
Tenggarong cukup aktif yang menandakan tingginya antusiasme
peserta. Peserta dapat menyerap materi dengan baik. Materi yang diberikan adalah latihan kerjasama, latihan pengembangan suasana, ritme.
Dalam ritme
Didi Petet menekankan arti penting koherensi gerak sehingga tercapai suatu kesatuan gerak yang utuh. Keutuhan gerak dari seorang artis yang bekerja dalam temwork akan mengkonstruksi keutuhan makna dalam cerita.
Didi
Petet sempat
melayani permintaan tandatangan dari para
penggemar yang juga peserta workshop perfilman
Photo: Yanda |
|
|
Didi Petet
mengingatkan agar artis menghilangkan gerakan-gerakan klise dalam berakting untuk merangsang kreatifitas. Dengan demikian pembentukan karakter personal yang akan menjadi ciri khas seorang artis dalam berakting akan semakin matang. Logika dalam berakting juga sangat penting dan menentukan keutuhan makna sebuah cerita.
Workshop perfilman yang digelar kali ini diikuti sebanyak 40 orang peserta dari unsur kelompok seni dan masyarakat. Didi Petet mengharapkan agar perkembangan seni peran tidak terhalang oleh persoalan-persoalan klise seperti tidak adanya gedung kesenian yang representatif.
Namun
Didi Petet berharap agar Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki APBD yang
sangat besar memiliki gedung kesenian yang memiliki standard internasional seperti yang ada di
Singapura.
Dalam berkesenian saat ini seharusnya tidak lagi ada pemikiran yang membedakan antara kesenian pusat dan daerah. Yang perlu ditekankan adalah menumbuhkan kreatifitas dan percaya diri. Didi Petet menilai dua orang putra daerah Kutai Kartanegara yang
menempuh studi di Institut Kesenian Jakarta dimana Didi Petet bekerja sebagai dosen, mereka memiliki kemampuan yang menonjol dan disiplin yang
baik. (zef)
|