Ayu, cucu bu Usai menunggangi Setia
Photo: Agri |
|
|
KutaiKartanegara.com 19/10/03 17:38 WITA
Tinggal serumah dengan binatang peliharaan seperti kucing, anjing atau
burung tentunya merupakan hal yang biasa. Namun bagaimana rasanya jika manusia hidup
serumah bersama seekor buaya? Tanyakan saja hal itu kepada keluarga bu Usai yang telah 23
tahun lamanya tinggal bersama seekor buaya betina yang diberi nama Setia.
Menurut bu Usai, buaya yang ditemukan
mendiang suaminya (almarhum Kursani) ini telah dipelihara sejak tahun 1980 ketika keluarga
mereka masih tinggal di Kecamatan Penyinggahan (sekarang termasuk wilayah Kabupaten Kutai
Barat) hingga kemudian menetap di Tenggarong.
Keluarga bu Usai telah menganggap Setia
sebagai bagian dari keluarga mereka. Bahkan cucu bu Usai yang bernama Ayu (4 tahun)
memanggil buaya yang besarnya 3 kali tubuh bocah ini dengan sebutan Mamak Setia (Ibu
Setia).
"Ayu senang bermain dengan Setia.
Kami saja yang sering melarang dia mendekati Setia," ujar bu Usai sambil memandangi
cucunya yang sedang asyik menyiramkan air di tubuh buaya Setia.
Bu Usai saat memberi makan buaya Setia yang telah dipelihara selama 23 tahun
Photo: Agri
Buaya Setia ketika sedang menyantap ikan mas
Photo: Agri
|
|
|
Dua Kali Ditemukan Lalu
Dipelihara
Mengenai asal-usul ditemukannya buaya Setia, diceritakan bahwa pada
malam Jum'at tanggal 27 Juni 1980, mendiang suami bu Usai yakni almarhum Kursani yang
kesehariannya merupakan seorang nelayan sungai ini menemukan seekor anak buaya yang
terjaring dalam jalanya. Karena perasaan takut, almarhum pak Kursani saat itu juga
langsung melepaskan anak buaya tersebut kembali ke sungai Mahakam.
"Namun dua hari kemudian
tepatnya pada hari Minggu tanggal 29 Juni 1980 sekitar jam 06.00 pagi, anak buaya tersebut
kembali terjaring jala almarhum suami saya. Lokasi ditemukannya pun hanya sekitar 100
meter dari tempat pertama kali ditemukan," ujr bu Usai.
Menurut bu Usai, karena kasihan
terhadap anak buaya tersebut, pak Kursani kemudian membawanya pulang ke rumah untuk
dipelihara. Tiga hari kemudian, yakni pada tanggal 2 Juli 1980, anak buaya betina tersebut
diberi nama Setia. Dan sejak saat itu lah, pasangan pak Kursani dan bu Usai yang
dikaruniai 3 orang anak tersebut menganggap Setia sebagai puteri mereka sendiri.
Kisah keluarga yang memelihara buaya
di Penyinggahan ini segera menyebarluas. Banyak masyarakat Kutai yang jika ke Penyinggahan
selalu menyempatkan untuk menengok buaya ini. Saat mereka sekeluarga pindah ke Tenggarong
pada tahun 1990an, buaya Setia pun turut dibawa serta. Di kota Tenggarong, keluarga ini
menetap pertama kali di daerah Kampung Baru, kemudian pindah ke tempat yang sekarang yakni
di kelurahan Loa Ipuh tepatnya di Jalan Mangkuraja Gang V RT 21.
Di rumah sederhana yang terletak
sekitar 400 meter dari Jalan Mangkuraja ini, buaya Setia ditempatkan dalam sebuah bak
kecil yang ada di ruang tamu sehingga masyarakat dapat melihat secara langsung bagaimana
keadaan buaya ini.
Sepeninggal pak Kursani, bu Usai
beserta anak dan menantunya tetap merawat dan memelihara buaya Setia. Untuk memberi makan
Setia, bu Usai selalu menyiapkan sedikitnya 1-2 kg ikan mas per hari. Biaya untuk membeli
makanan buaya ini diperoleh dari sumbangan para pengunjung yang setiap minggunya ingin
menengok buaya ini.
Para pengunjung tak hanya dari kota
Tenggarong, Samarinda, Balikpapan dan kota-kota Kaltim lainnya, bahkan yang dari luar
pulau Kalimantan pun menyempatkan diri untuk menengok buaya Setia jika berkunjung ke
Tenggarong. Bagaimana dengan anda? (win) |