KutaiKartanegara.com 09/05/03
Pro dan kontra timbul atas hasil penelitian Kelompok Studi Mahasiswa
Universitas Indonesia (KSM UI) mengenai "Persepsi dan Harapan Masyarakat Kutai Kartanegara Mengenai Pelaksanaan Gerbang Dayaku"
yang dipublikasikan pada hari Rabu (07/02) lalu di Pendopo Odah Etam,
Tenggarong.
Dalam
sebuah harian lokal Kaltim yang terbit kemarin dinyatakan
bahwa SEMA Fakultas Ekonomi Unikarta menolak hasil penelitian
KSM UI. Agus Shali yang merupakan Ketua SEMA Fekon Unikarta
meminta agar KSM UI tidak mempublikasikan kepada umum mengenai
hasil penelitian tersebut karena dinilainya ada
kelemahan-kelemahan yang sangat merugikan Kutai Kartanegara.
Agus Shali mempermasalahkan metode pengambilan sampel yang
digunakan KSM UI yakni dari 18 kecamatan yang ada di Kukar
hanya 3 kecamatan yang diambil kemudian dari tiap kecamatan
tersebut hanya diambil dua desa.
Menanggapi polemik tentang valid atau tidaknya hasil penelitian
tersebut, Koordinator Bidang
Penelitian KSM UI Anita Carollin memberikan klarifikasi mengenai metode penelitian
yang dipermasalahkan SEMA Fekon Unikarta terutama dalam hal
penarikan sample penelitian.
Menurut Anita Carollin,
pada suatu penelitian,
sampel dipandang sebagai pendugaan terhadap populasi yang bukan populasi itu sendiri. Penarikan sampel merupakan upaya untuk mencari informasi atau pengetahuan tentang keseluruhan objek atau gejala yang diteliti dengan mengamati sebagian dari objek tersebut untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan objek yang diteliti.
"Teknik penarikan sampel dalam penelitian merupakan upaya
untuk menjembatani jarak antara populasi dan sampel yang diteliti. Dalam logika penelitian ilmiah menjadi wajar apabila suatu penelitian hanya mengambil sebagian dari
populasi," kata Anita didampingi Ibrahim Aji Adiwinata
dan Linda Octaviana di Tenggarong semalam.
Dikatakannya
bahwa
penelitian mereka menggunakan teknik penarikan probabilita secara bertahap atau
Multistage Sampling dari Cluster/Area Sampling pada tingkat kabupaten dengan
Stratified Random Sampling, hingga Systematic Random Sampling pada tingkat desa atau kelurahan.
"Berdasarkan teknik cluster, populasi penelitian kami
yakni masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara dibagi kedalam beberapa tingkatan, yaitu kabupaten, kecamatan dan desa. Pada tiap cluster
atau tingkat kabupaten dan kecamatan digunakan teknik Stratified
Random Sampling dimana kecamatan dan desa distratakan berdasarkan tingkat kemajuan masyarakatnya dengan menggunakan indikator-indikator tingkat
kualitas Sumber Daya Manusia, Sarana-Parasarana yang ada dan Kekayaan atau Sumber Daya Alam yang ada untuk merepresentasikan kecamatan atau desa yang maju, sedang, dan kurang
berkembang," kata mahasiswi asal Sumatera Selatan
ini.
Menurutnya,
pengelompokan ini penting dan relevan dengan penelitian
mereka untuk merepresentasikan persepsi masyarakat tentang pelaksanaan
Gerbang Dayaku (GD). Asumsi dasarnya adalah akan terjadi perbedaan persepsi antara masyarakat di wilayah yang maju, sedang dan kurang berkembang terhadap implementasi
GD di daerahnya.
Anita
mengatakan bahwa dengan teknik ini didapatkan tiga
kecamatan yakni Tenggarong (mewakili wilayah maju), Sebulu
(menengah) dan Muara Wis (kurang berkembang). Dari tiga
kecamatan tersebut, dengan cara yang sama didapatkan masing-masing dua desa sehingga menjadi berjumlah enam desa yaitu terdiri dari desa Maluhu dan Mangkurawang
(Tenggarong), desa Sebulu Ilir dan Beloro (Sebulu) serta desa Muara Wis dan Sebamban
(Muara Wis) dengan jumlah sample adalah 300 orang sampel atau 50 orang responden per desa.
Tidak
Diperlukan Sampel Kecamatan
atau Desa yang Banyak
Disinggung mengenai apakah penelitan
KSM UI yang menggunakan teknik penarikan sampling tersebut valid atau
tidak, terutama apabila ditanyakan tentang jumlah kecamatan atau desa yang relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kecamatan atau desa di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Menurut
Anita, ada satu hal yang harus diperhatikan karena teknik Stratified
Random Sampling merepresentasikan heterogenitas populasi
yang mana setiap kelompok populasi dalam hal ini kecamatan dan desa berdasarkan tingkat kemajuannya bisa
terwakili, maka tidak diperlukan sampel kecamatan atau desa yang banyak. Oleh karena itu, jumlah sampel penelitan
yang hanya 3
kecamatan dari 18 kecamatan, dengan masing-masing dua desa
per kecamatan tersebut, telah cukup memenuhi validitas penelitian.
"Kami mengerti bahwa penelitian kami seperti halnya berbagai penelitian ilmiah lainnya yang selalu menggunakan teknik sampling, tidak akan bisa secara sempurna menggeneralisasi fenomena yang kami teliti. Digunakan atau tidaknya rekomendasi hasil penelitian ini, kami serahkan kepada masyarakat. Hanya saja kami mempunyai kewajiban dan tanggungjawab secara ilmiah untuk mempublikasikan penelitian kami," kata Anita Carollin.
(win)
|