
Suasana Museum Mulawarman yang
selalu ramai dikunjungi setiap hari libur
Photo: Agri |
|
|
KutaiKartanegara.com 18/01/04 20:20 WITA
Salah satu obyek wisata bersejarah di kota Tenggarong yang saat ini masih
menjadi primadona pariwisata Kutai Kartanegara adalah Museum Mulawarman. Setiap hari
libur, bekas keraton atau istana Kesultanan Kutai Kartanegara ini tak pernah sepi dari
kunjungan para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bangunannya yang megah dan
didominasi warna putih menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk selalu
menyempatkan diri berpose didepan keraton yang dirancang dengan gaya arsitektur kolonial
ini. Bangunan ini sendiri dirancang oleh Estourgie dari Hollandsche Beton Maatschappij
(HBM) yang dibangun pada tahun 1936 tepat pada masa pemerintahan Sultan Adji Mohamad
Parikesit.

Singgasana Sultan Kutai Kartanegara
Photo: Agri |
|
|
Begitu memasuki ruang pertama
Museum, kita dapat melihat benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara
seperti singgasana Sultan Kutai yang diapit dua arca Lembu Swana, sementara di latar
belakangnya terdapat dua mozaik gambar Sultan Kutai Kartanegara ke-17 AM Soelaiman dan
Sultan Kutai Kartanegara ke-18 AM Alimoeddin. Selain itu ada pula lukisan Sultan AM
Parikesit, payung kebesaran Kesultanan serta tiga buah patung perunggu dari Eropa.
Masih banyak lagi koleksi
benda-benda peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara yang dapat dilihat melalui Museum
Mulawarman, misalnya lemari kristal yang didalamnya tersusun rapi seperangkat alat upacara
Pangkon Perak, perhiasan, keris dan tombak, kursi santai yang biasa digunakan Sultan untuk
beristirahat, ada pula rehal atau alas kitab suci Al Qur'an dan kursi yang terbuat dari
tanduk rusa Siberia dan tanduk rusa lokal yang biasa digunakan keluarga Sultan untuk
mengaji.

Koleksi benda-benda bersejarah
seperti arca dan prasasti yang dapat dilihat di Museum Mulawarman
Photo: Agri |
|
|
Memasuki bagian dalam Museum,
koleksi yang disajikan makin beragam. Ada benda-benda arkeologi berupa prasasti dan
arca-arca peninggalan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yakni Kerajaan Kutai Martadipura
yang terkenal dengan rajanya Mulawarman. Selain itu, ada pula koleksi hasil tenunan dari
suku Dayak Benuaq yang dikenal dengan nama ulap doyo lengkap dengan alat tenun
tradisionalnya. Ada pula koleksi ukiran-ukiran khas dari suku Dayak Kenyah, Benuaq,
Busang, Modang, Punan dan etnis Dayak lainnya.
Sementara pada ruang bagian
belakang, kita dapat menyaksikan minirama mengenai lahirnya Aji Batara Agung Dewa Sakti
yang kemudian menjadi raja Kutai Kartanegara pertama, lahirnya Puteri Karang Melenu yang
kemudian menjadi permaisuri raja Kutai Kartanegara pertama, ada pula minirama pertambangan
batubara, industri kayu, tanaman khas Kalimantan, Pesut Mahakam dan masih banyak lagi.

Kompleks makam raja dan kerabat
Kesultanan Kutai Kartanegara yang
terletak disamping Museum Mulawarman
Photo: Agri |
|
|
Selain itu, terdapat pula koleksi
uang kuno yang pernah beredar pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Jepang hingga
Indonesia merdeka. Sebelum keluar dari Museum Mulawarman, pengunjung terlebih dahulu
melewati ruang bawah tanah yang menyajikan koleksi ratusan keramik kuno buatan Cina,
Thailand, Vietnam, Jepang, Eropa dan masih banyak lagi.
Sajian koleksi Museum Mulawarman
ditutup dengan benda-benda koleksi nusantara seperti pakaian adat tiap provinsi di
Indonesia, miniatur candi Borobudur dan Prambanan, tenunan dari daerah Sumatera, senjata
tradisional serta alat musik tradisional.
Begitu keluar dari Museum
Mulawarman, pandangan kita akan tertuju pada sebuah bangunan kayu yang tak lain adalah
kompleks makam Sultan dan para kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara. Disinilah dapat
dijumpai makam pendiri kota Tenggarong Aji Imbut gelar Sultan AM Muslihuddin, makam Sultan
AM Sulaiman dan Sultan AM Parikesit.
Bagi pengunjung yang ingin melepas
lelah, di kompleks Museum Mulawarman juga terdapat warung-warung yang menyajikan aneka
makanan dan minuman. Tak hanya itu, kios-kios cenderamata juga tersedia bagi para
wisatawan yang ingin membawa pulang kenang-kenangan khas Kalimantan Timur. (win) |