
Anak-anak sangat rentan
terhadap wabah DBD dibanding orang dewasa. Sekitar 73%
penderita DBD adalah kelompok
anak-anak hingga usia 14 tahun
Sumber: Dinas Kesehatan Kukar
Grafis: Agri |
|
|
KutaiKartanegara.com 01/04/04 23:25 WITA
Serangan
wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kutai Kartanegara
(Kukar) tahun ini mencapai kulminasi pada minggu ke-10
(pertengahan Maret) yang mencapai 45 kasus dan tersebar di
beberapa kecamatan.
Menurut Kepala
Dinas Kesehatan (Diskes) Kukar dr Said Suharmani, jumlah kasus
DBD di Kukar terhitung sejak Januari hingga akhir Maret telah
mencapai 181 kasus. "Secara kumulatif tercatat angka kejadian di
bulan Januari sebanyak 7 kasus, Februari 46 kasus, dan bulan
Maret sebanyak 128 kasus," ujarnya.
Ditambahkannya,
distribusi DBD di Kukar berdasarkan kecamatan tercatat bahwa
Kecamatan Tenggarong masih yang tertinggi dengan 63 kasus,
disusul Loa Kulu 25 kasus, Tenggarong Seberang 24 kasus, Muara
Badak 21 kasus, Loa Janan 21 kasus, Anggana 12 kasus,
Sanga-Sanga 9 kasus dan Muara Kaman 3 kasus. Sedangkan Samboja,
Sebulu dan Kembang Janggut masing-masing 1 kasus.
"Penderita DBD
kebanyakan berumur antara 5-14 tahun yang mencapai 41%, disusul
umur 1-4 tahun sebanyak 31%, kemudian 15-44 tahun sebanyak 21%,
kurang dari 1 tahun sebanyak 6% dan diatas 45 tahun sebanyak 1%.
Dan kalau berdasarkan jenis kelamin, penderita DBD terbanyak
adalah laki-laki yang mencapai 53% kemudian perempuan yang hanya
47% saja," ujar dr Said Suharmani.
Sementara itu
menurut Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Diskes Kukar Asmuni
Ssos, saat ini pihak Diskes Kukar telah menghentikan tindakan
fogging atau pengasaan karena telah dilakukan sebanyak 2 kali
sesuai standard.
"Kami harap
agar masyarakat tetap mewaspadai demam berdarah yang menunjukkan
kecenderungan menurun pada minggu ke-11. Hal ini tak lepas dari
upaya fogging, abatisasi serta gerakan 3M yang dilakukan
masyarakat," kata Asmuni.
Asmuni juga
menyayangkan kurangnya koordinasi dari berbagai pihak berkaitan
dengan pelaporan kasus DBD. "Hal ini penting untuk melihat
lokasi kejadian yang sebenarnya karena bisa jadi penderita yang
dirawat di Rumah Sakit di Bontang berasal dari Muara Badak atau
Marang Kayu," tandas Asmuni.
Menurutnya,
dengan adanya koordinasi dalam informasi atau pelaporan maka
lokasi penderita dapat diplot untuk dilakukan tindakan fogging
dan abatisasi dengan optimal sehingga tindakan kuratif yang
dilakukan dapat efektif dan efisien. Ia berharap agar dimasa
mendatang semua pihak dapat berkoordinasi lebih baik lagi dari
pihak institusi kesehatan ataupun masyarakat serta seluruh
stakeholders yang terkait. (zej)

Distribusi
Kasus DBD per Minggu di Kutai Kartanegara Tahun 2004
Sumber: Dinas
Kesehatan Kukar (01 April 2004)
Grafis: Agri
|