
Bocah-bocah Tenggarong tampak asyik mencari ikan dan udang dengan jaring kecil
Photo: Agri |
|
|
KutaiKartanegara.com 29/03/04 20:30 WITA
Serangan air bangar melanda sungai
Mahakam yang ditandai dengan meningkatnya ke-asaman air sungai dan berkurangnya kadar
oksigen didalam air. Hal ini menyebabkan banyaknya ikan yang muncul ke permukaan air untuk
mendapatkan oksigen.
Datangnya air bangar ini disambut dengan
suka-cita oleh masyarakat Kutai Kartanegara (Kukar) yang tinggal di tepi sungai Mahakam.
Karena mereka dapat dengan mudah mendapatkan ikan maupun udang hanya dengan menggunakan
peralatan sederhana seperti jaring kecil atau jala.
Sebaliknya, fenomena air bangar ini
menjadi musibah bagi para petani keramba yang membudidayakan ikan mas maupun nila di
perairan sungai Mahakam. Mau tak mau para petani keramba harus menjual ikan-ikannya dengan
harga murah daripada mati sia-sia.

Masyarakat memanfaatkan momen air bangar untuk
menangkap ikan yang kerap muncul di permukaan sungai Mahakam
Photo: Yanda
Masyarakat pun mengantri untuk membeli ikan
mas secara langsung dari pemilik keramba setelah nilai jualnya anjlok di pasaran
Photo: Jaya
|
|
|
Seperti yang terjadi tadi pagi di keramba
milik H Mandeng di KM 8 Rempanga, Kecamatan Loa Kulu. Ikan mas dari keramba tersebut
dijual hanya seharga Rp 5 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya, di pasaran harga ikan mas
mencapai Rp 10 ribu per kilogramnya. Jatuhnya harga jual ikan mas ini dimanfaatkan oleh
masyarakat Tenggarong maupun tengkulak untuk membeli ikan mas murah langsung dari pemilik
keramba tersebut.
Pihak Dinas Perikanan Kabupaten Kukar
sendiri beberapa waktu lalu telah memberikan peringatan kepada para pemilik keramba untuk
mewaspadai serangan air bangar terhadap ikan-ikan keramba.
Menurut Kepala Dinas Perikanan Kukar Ir
Bahteramsyah, pihaknya telah menghimbau para petani keramba agar untuk melakukan
langkah-langkah pengendalian seperti memindahkan lokasi keramba ke tempat yang lebih aman
untuk sementara waktu.
"Selain itu kepadatan ikan didalam
keramba juga harus dikurangi, termasuk frekuensi pakan agar tidak terjadi tumpukan
sisa-sisa metabolisme. Kemudian melakukan aerasi terutama pada malam hari pada tiap
keramba atau pompanisasi untuk menguapkan amoniak dan menambah oksigen," kata Ir
Bahteramsyah. Ia juga menghimbau kepada petani keramba untuk segera melakukan panen ikan
dan tidak melakukan penebaran bibit lagi untuk sementara ini. (win/nop/jay) |