
H Surya Agus SP
Photo: Yanda |
|
|
KutaiKartanegara.com 23/03/04 13:13 WITA
Jika pada
Pemilu tahun 1999 institusi pemantau Pemilu seperti Forum Rektor
Indonesia menempatkan tenaga pemantaunya di seluruh Tempat
Pemungutan Suara (TPS), maka untuk tahun ini hanya ditempatkan
di wilayah-wilayah yang dianggap representatif.
Untuk Kabupaten
Kutai Kartanegara (Kukar), hanya Zona I yang meliputi Kecamatan
Tenggarong, Loa Kulu dan Loa Janan saja yang dipantau oleh Forum
Rektor Indonesia Sub Simpul Kukar, itupun hanya 100 dari 163 TPS
yang ada.
Menurut
Sekretaris FRI Sub Simpul Kukar, H Surya Agus SP, keterbatasan
tersebut akibat minimnya alokasi dana dari UNDP (United Nations
Development Programme) yang hanya sebesar Rp 18 juta untuk tiap
sub simpul. Sementara lembaga lainnya yang biasanya mendanai FRI
seperti National Democratic Institute for International Affairs
(NDI) sampai saat ini belum ada tanda-tanda mengucurkan dana.
"Namun demikian
FRI Sub Simpul Kukar juga mendapat dukungan dana dari Yayasan
Kutai Kartanegara yang telah memberikan dana sebesar Rp 12 juta.
Sedangkan dari Pemkab Kukar ataupun KPU tidak ada," ujar Surya
Agus.
Ditambahkannya,
dengan keterbatasan dana dari UNDP tersebut dipastikan tiap pemantau
pemilu yang terdiri dari kalangan mahasiswa dan akademisi akan mendapatkan alokasi sekitar Rp
40 ribu per orang. Namun jika donatur lain dari NDI, Pemkab dan
KPU memberikan bantuan dana, maka diperkirakan para pemantau
memperoleh alokasi Rp 80 ribu per orang. "Namun hal ini masih
belum pasti," kata Surya Agus yang juga Kepala BAAK Unikarta
ini.
Dari kalangan
mahasiswa banyak yang kecewa dengan masalah berkurangnya alokasi
dana pada Pemilu kali ini, seperti yang dikemukakan oleh Buyung
Marajo, salah seorang mahasiswa FISIP Unikarta. Menurut Buyung
bahwa dalam Pemilu sangat rawan dengan kecurangan dan seharusnya
yang diprioritaskan adalah wilayah-wilayah terpencil yang minim
pengawasan.
Menurutnya,
dengan kebijakan FRI Pusat yang seperti ini maka pengawasan oleh
masyarakat, pihak parpol, LSM dan seluruh stakeholders harus
semakin ditingkatkan. Pemilu kali ini sangat monumental dengan
adanya perubahan sistem dan mekanisme pemilihan yang tidak
pernah terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia.
"Pemilu 2004
juga sangat strategis dalam menentukan nasib bangsa Indonesia.
Untuk itu Pemilu kali ini harus berjalan dalam koridor peraturan
dan perlu didukung dengan pengawasan oleh seluruh stakeholders,"
demikian tandas mahasiswa asal Muara Kaman tersebut.
Sementara itu,
dari beberapa aktivis pemantau Pemilu mengatakan berkurangnya
bantuan dana dari luar negeri seperti UNDP ini disebabkan oleh
adanya persoalan dalam laporan keuangan pada Pemilu lima tahun
lalu yang mengakibatkan dipangkasnya alokasi dana untuk tahun
ini. (zej/nop)
Berita Terkait:
Unikarta Latih 200
Pemantau Pemilu
(21/03/04) |