
Jenazah Fred Wetik saat diusung dalam keranda meninggalkan rumah duka yang juga studio
seninya
Photo: Yanda |
|
|
KutaiKartanegara.com 14/03/04 15:15 WITA
Dunia seni Kutai Kartanegara berduka.
Fred Wetik, seniman dan budayawan yang telah banyak mencurahkan tenaga dan pikirannya
untuk kemajuan dunia seni di Kutai Kartanegara (Kukar) itu telah pergi untuk
selama-lamanya.
Pria kelahiran Ruteng (Nusa Tenggara
Timur) tersebut meninggal dunia dalam usia 64 tahun, Sabtu (13/03) pagi, sekitar pukul
09.30 WITA, karena penyakit sesak nafas yang dideritanya kambuh. Menurut Yustra, yang saat
itu merawat dan menjaga Fred Wetik hingga menghembuskan nafas terakhirnya, almarhum telah
lama mengidap sakit asma. "Bahkan pada tahun 2003 lalu, sempat dua kali dirawat di
Rumah Sakit AWS Syahranie Samarinda dan Rumah Sakit AM Parikesit Tenggarong," kata
Yustra yang merupakan seniman dari kelompok Bengkel Seni Kutai Kartanegara.
Setelah dimandikan dan disalatkan serta
menunggu kedatangan keluarga dari Balikpapan, jenazah Fred Wetik dibawa ke Kuburan Muslim
Kelambu Kuning untuk dikebumikan sekitar pukul 16.00 WITA. Ratusan seniman-seniwati Kukar
turut mengantarkan jenazah seniman sinematografi tersebut hingga ke peristirahatan
terakhirnya.

Suasana pemakaman jenazah Fred Wetik di Kuburan Muslimin Kelambu Kuning
Photo: Yanda |
|
|
Ketua Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai
(LPKK) Misra Budiarto AX SSos menyatakan pihaknya sangat kehilangan seorang budayawan dan
seniman yang telah banyak berbagi ilmu kepada semua seniman-seniwati yang ada di Kukar
serta berjasa untuk mengangkat kebudayaan Kutai. "Pada saat sakitnya pun almarhum
masih tetap aktif menulis naskah demi kemajuan seni budaya di Kukar," ujar pria yang
akrab disapa Nanang ini.
Senada dengan Misra Budiarto, Kepala
Bagian Humas Protokol Pemkab Kukar Drs Abidinsyah Kadrie MM mengatakan bahwa kepergian
seniman dan budayawan kawakan sekelas Fred Wetik merupakan suatu kehilangan besar bagi
Kutai Kartanegara.
Fred Wetik atau Frederik Herman Watik
alias Muhammad Faqih Fardhiman Wetik, lahir pada 5 April 1939 di Ruteng/Manggarai (NTT).
Sebelum menetap di Tenggarong pada 1996 dan bergabung dengan LPKK, Fred Wetik telah
malang-melintang di dunia perfilman nasional khususnya di bidang penyutradaraan, penataan
artistik, tata koordinasi produksi, seni peran dan penulisan skenario.

Selama tiga dasawarsa, Fred Wetik telah
terlibat dalam 64 buah karya film dan sinetron sejak 1969 hingga 2002
Photo: Koleksi Fred Wetik
Repro: Yanda |
|
|
Selama tiga dasawarsa karir di dunia
perfilman tersebut, Fred Wetik telah terlibat dalam pembuatan 64 karya film dan sinetron.
Film berjudul Mat Dower (1969) yang disutradarai Nyak Abbas Acub merupakan film
pertama yang dilakoninya sebagai aktor maupun asisten penata artistik. Film-film lain yang
pernah dikerjakan Fred Wetik diantaranya adalah Si Buta dari Goa Hantu (1971), Jalang
(1971), Perawan di Sektor Selatan (1972), Lingkaran Setan (1973), Tabah
Sampai Akhir (1974), Max Havelaar (1975), Pembalasan Si Pitung (1978), Serangan
Fajar (1981), Jaka Sembung dan Dewi Samudera (1990), Oeroeg (1991/1992)
dan masih banyak lagi.
Segudang prestasi dan penghargaan pun
telah diraih Fred Wetik, diantaranya adalah Piala Citra yang merupakan penghargaan
tertinggi bagi insan perfilman nasional. Piala Citra disabet Fred Wetik sebagai Penata
Artistik Terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 1982 di Jakarta. Setelah itu dirinya
juga banyak terlibat sebagai anggota Komite Seleksi FFI sejak 1984 hingga 1991.

Fred Wetik (kanan) bersama aktor/aktris
Indonesia pada era 70an. Selain menggeluti bidang penyutradaraan dan tata artistik, Fred
Wetik juga turut mendalami dunia seni peran
Photo: Koleksi Fred Wetik
Repro: Agri |
|
|
Sejak 1992-1995, Fred Wetik melakukan
penelitian sejarah dan seni budaya di nusantara seperti Sunda, Jawa, Bali, Lombok,
Ternate, Banjar dan terakhir di Kutai. Atas ajakan almarhum H Zailani Idris yang merupakan
Ketua LPKK pada waktu itu, Fred Wetik menetap di Tenggarong sejak 1996 dan banyak terlibat
dalam penelitian dan pengembangan seni budaya di Kutai. Pada tahun 1999, ia diangkat
menjadi Kepala Litbang LPKK. Fred Wetik yang juga anggota Himpunan Perupa Tenggarong ini
juga mendirikan KISIK (Komunitas Insan Seni Indonesia Kutai) pada tahun 2000.
Kegiatan lain yang digeluti almarhum Fred
Wetik diantaranya adalah sebagai anggota Karyawan Film dan Televisi Republik Indonesia
(KFT), anggota Yayasan Citra - Pusat Perfilman H Usmar Ismail, anggota Yayasan Koperasi
Film Nasional (KOFINA), anggota Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kaltim serta sebagai
pengurus PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) Korda Tenggarong seksi Produksi
Film/Sinetron.
Fred Wetik juga telah menghasilkan 30
karya lukis termasuk 17 lukisan episode Sejarah Kutai, kemudian melakukan sejumlah
penulisan buku mengenai sejarah Kutai serta penulisan naskah sendratari massal pada
pembukaan Erau bertajuk Puteri Karang Melenu (Erau 2001) dan sendratari Sang
Naga dan Mustika Kumala (Erau 2002).
Perjalanan hidupnya yang lebih banyak
diabdikan untuk seni budaya ini telah banyak memberikan manfaat bagi Kutai Kartanegara
pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Sehingga, wajar jika kepergian seniman
sejati ini dianggap sebagai suatu kehilangan besar bagi Kutai Kartanegara. Selamat
jalan pak Fred... (win/nop)

Ratusan seniman-seniwati Kukar mengantarkan sang seniman yang menjadi panutan
mereka selama ini menuju tempat peristirahatan terakhir
Photo: Yanda
|