Tragedi Jembatan Kartanegara Sultan Kutai Laksanakan Ritual Besawai
Sultan HAM Salehoeddin II menaburkan beras kuning tepat di sekitar runtuhnya Jembatan Kartanegara Photo: Humas Kukar/Heru Abdi
|
KutaiKartanegara.com - 03/12/2011 20:12 WITA
Ambruknya Jembatan 'Golden Gate' Kartanegara di ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Tenggarong, pada Sabtu pekan lalu memang sangat mengejutkan. Apalagi selama ini Kukar dikenal sebagai daerah yang cukup aman dan belum pernah mengalami musibah atau bencana yang memakan korban jiwa sangat besar.
Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura H Adji Mohd Salehoeddin II yang pada saat kejadian tengah berobat di Singapura merasa sangat prihatin atas musibah yang banyak menelan korban jiwa itu.
Sehari setelah tiba di Tenggarong, Sultan Kutai pada Jum'at (02/12) sore kemarin melakukan ritual di perairan sungai Mahakam, tepat di sekitar lokasi ambruknya Jembatan Kartanegara.
Dengan menggunakan kapal kayu motor, Sultan Kutai bertolak dari dermaga depan Museum Mulawarman, Tenggarong, sekitar pukul 17.00 WITA menuju lokasi ambruknya Jembatan Kartanegara.
Turut serta di kapal tersebut di antaranya adalah Wakil Bupati Kukar HM Ghufron Yusuf, Sekkab Kukar HAPM Haryanto Bachroel, tiga pimpinan penyelam dari Basarnas, Pasukan Katak dan Brimob serta beberapa kepala dinas/instansi lainnya.
Sementara Dandim 0906/Tenggarong Dendy Suryadi dan Kapolres Kukar I Gusti Kade Budhi Harryarsana baru bergabung setelah diantar dengan menggunakan sebuah speedboat.
Di bagian depan, tepat di belakang juragan kapal, Sultan yang berusia 87 tahun bersila diatas tempat duduk segi empat berwarna kuning yang disebut Tilam Kesturi.
Di dekat Sultan tampak tiga buah bokor berwarna emas yang juga dialasi dengan baki berwarna keemasan. Bokor itu masing-masing berisikan beras kuning, air kembang yang diisi tiga anyaman janur kuning yang disebut Ketikai Lepas, dan satu bokor lagi diisi air yang dilengkapi anyaman berbentuk sendok. Serta satu lagi wadah berwarana perak yang juga berisi beras kuning.
Sultan Kutai memberikan beras kuning kepada perwakilan penyelam dari Pasukan Katak Photo: Humas Kukar/Heru Abdi | | |
Sesaat setelah juragan kapal mendorong tongkat pengatur kecepatan ke depan menuju ke arah hilir, Sultan Kutai yang saat itu mengenakan batik biru berkacamata hitam menoleh ke kiri dan kanan kapal. Lalu diambilnya segenggam beras kuning dan dihamburkan ke air sungai di sisi kanan dan kiri Kapal.
Setelah itu, Sultan kembali menggenggam beras kuning selama beberapa saat, lalu memanggil satu persatu pimpinan penyelam dan memberikan beras kuning tersebut ke tangan kanan mereka secara bergantian. "Ini dibawa ya," ujar Sultan singkat.
Kapal pun kembali bergerak perlahan mendekat ke arah jembatan. Seiring dengan itu, Sultan juga bergeser ke haluan kapal dan duduk menghadap ke arah reruntuhan jembatan yang tinggal menyisakan dua pilar dan bentangan kabel.
Beras kuning pun lagi-lagi digenggam Sultan. Namun kali ini sepintas terdengar Sultan memberikan salam lalu seterusnya tak terdengar karena bunyi mesin kapal yang menderu pelan.
Sambil berdoa, Sultan lalu beberapa kali menaburkan beras kuning ke sungai, ke arah tengah-tengah jembatan roboh. Setelah itu, tiga pejabat dipanggil ke hadapan Sultan untuk melakukan prosesi adat Ketikai Lepas.
Tiga pejabat tersebut adalah Wabup HM Ghufron, Dandim 0906/TGR Dendy Suryadi dan terakhir Kapolres I Gusti Kade Budhi Harryarsana. Prosesi tersebut mengakhiri kegiatan Sultan di sekitar jembatan tersebut. Dan kapal pun memutar haluan untuk kembali ke dermaga depan Museum Mulawarman.
Menurut Sekkab HAPM Haryanto Bachroel yang juga Menteri Sekretaris Keraton, apa yang dilakukan Sultan di sekitar jembatan tersebut adalah salah satu upacara adat Kutai yang disebut Besawai. "Besawai ini dimaksudkan agar musibah di Kukar segera berlalu," terangnya.
Sedangkan beras kuning yang diberikan kepada tiga perwakilan merupakan bentuk restu dari Sultan kepada mereka yang menjalankan tugas evakuasi korban agar tugas mulia tersebut dapat berjalan lancar.
Sedangkan Ketikai Lepas sendiri bermakna agar Kukar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. "Jadi keseluruhan upacara adat tadi agar Kukar terlepas dari musibah, dan juga diharapkan supaya proses evakuasi berjalan lancar dan segera selesai," demikian paparnya. (her)
|