Diwarnai Adu Pukul, Aksi Gerakan Rakyat Menggugat Terus Berlanjut
Aksi adu pukul batang rotan sempat mewarnai aksi Gerakan Rakyat Menggugat di DPRD Kukar tadi siang Photo: Humas DPRD Kukar/Dian
|
KutaiKartanegara.com - 15/01/2008 21:06 WITA
Dua orang warga terlibat adu pukul dalam aksi unjuk rasa Gerakan Rakyat Menggugat yang berlangsung tadi siang di gedung DPRD Kutai Kartanegara (Kukar). Keduanya saling menyerang satu sama lain dengan menggunakan batang rotan dan tameng masing-masing.
Untungnya, duel antara kedua warga ini hanyalah sebuah atraksi olahraga tradisional khas suku Dayak Benuaq yang populer yakni Behempas! Kendati demikian, adu pukul rotan antara sesama warga Dayak Benuaq ini tetap berlangsung seru dan mendapat sambutan hangat dari ratusan warga peserta aksi damai Gerakan Rakyat Menggugat.
Yang menarik, salah seorang pengunjukrasa dari etnis Sasak mencoba untuk menjajal olahraga Behempas ini. Suasana pun makin bertambah meriah oleh sorak-sorai warga yang menyaksikan. Apalagi tetabuhan musik turut mengiringi pertarungan antara pemuda Dayak vs pemuda Sasak ini.
Usut punya usut, mengapa sang pemuda Sasak ingin menjajal olahraga Behempas ini ternyata karena di daerah asalnya, yakni di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), juga terdapat olahraga tradisional yang mirip dengan Behempas, yakni Presean.
Kedua olahraga sama-sama menggunakan batang rotan sebagai pemecut untuk memukul lawan masing-masing. Penentuan pemenang pun berdasarkan jumlah bekas pukulan rotan yang mengenai badan. Makin sedikit jumlahnya, maka dialah menjadi sang pemenang.
Adu Behempas mampu menyemarakkan suasana aksi damai tadi siang Photo: Humas DPRD Kukar/Dian | | |
Sedangkan perbedaan antara olahraga Behempas dan Presean adalah pada tameng yang digunakan. Pada olahraga Behempas, tameng yang digunakan terbuat dari anyaman rotan, sementara pada olahraga Presean terbuat dari kulit sapi atau kambing yang telah dikeringkan.
Atraksi olahraga tradisional Behempas ini memang sengaja disuguhkan dalam aksi damai Gerakan Rakyat Menggugat sebagai bentuk dukungan moril terhadap Bupati Kukar nonaktif Syaukani HR yang tengah menjalani proses hukum di Jakarta.
Sejak Senin (14/01) kemarin, aksi damai yang dimotori Forum Komunikasi Persaudaraan Masyarakat Kukar (FKPMK) itu tidak lagi didominasi oleh berbagai orasi mengecam ketidakadilan yang dilakukan KPK dan Hakim Tipikor terhadap Syaukani.
Aksi damai kali ini diselingi atraksi seni budaya dari berbagai paguyuban masyarakat yang ada di Kukar. Seperti yang dilakukan tadi siang, selain atraksi olahraga Behempas, aksi damai kali ini juga diisi dengan kesenian Campursari dari paguyuban masyarakat Jawa.
"Aksi damai ini akan terus dilakukan untuk mengingatkan kepada Pemerintah Pusat bahwa rakyat Kukar tidak tinggal diam atas kesewenangan KPK dan Pengadilan Tipikor terhadap pak Syaukani yang tidak bersalah dari semua kasus yang dituduhkan selama ini," ujar Abdul Thalib selaku Koordinator Gerakan Rakyat Menggugat.
Menurut Abdul Thalib yang juga Wakil Kepala Dinas Pendidikan Kukar ini, pihaknya akan terus melakukan aksi damai menuntut keadilan dan pembebasan terhadap Syaukani HR yang mereka nilai sama sekali tidak bersalah.
"Beberapa hari ini kami memang tidak menurunkan massa yang lebih banyak seperti pekan lalu dan aksi pun lebih banyak diisi dengan atraksi kesenian tradisional. Namun kami akan kembali turun dengan jumlah massa yang lebih besar untuk kembali menggaungkan tuntutan kami," tegasnya. (win)
|