KutaiKartanegara.com 07/02/03
Program Gerakan Pengembangan dan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku) yang menjadi andalan
Kutai Kartanegara dalam upaya mensejahterakan masyarakatnya telah menarik perhatian
mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) Universitas Indonesia untuk
melakukan penelitian terhadap program ini.
Untuk itu, sebanyak 32 orang
mahasiswa UI diterjunkan ke lapangan dengan didampingi tiga orang pembimbing yakni Lina
(dosen), Lidya (asisten dosen, alumni KSM) dan Lukman Budiman (alumni KSM) serta 10 orang
mahasiswa Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong.
Menurut Dwi Saputro Nugroho,
Koordinator Kajian Strategis KSM UI, penelitian berjudul "Persepsi dan Harapan
Masyarakat Kutai Kartanegara Terhadap Pelaksanaan Program Gerbang Dayaku" ini
dilaksanakan pada tanggal 20-30 Januari 2003 di tiga kecamatan yakni Muara Wis, Sebulu dan
Tenggarong.
"Kami ingin mengetahui sejauh
mana program yang sangat ideal ini diketahui dan dirasakan oleh masyarakat sehingga
benar-benar sampai ke rakyat. Gerbang Dayaku sendiri adalah sebuah konsep pembangunan
daerah yang amat menarik, lengkap dan prestisius dengan didukung oleh pendanaan yang cukup
besar." kata Dwi Saputro yang merupakan mahasiswa asal dari Madiun, Jawa Timur.
Apa yang melatarbelakangi sehingga
KSM UI melakukan penelitian di Kukar? Menurutnya, dengan dilaksanakannya otonomi daerah
terjadi perubahan paradigma yang sangat mendasar dalam pembangunan di daerah. Jika
sebelumnya SDA diperas oleh pusat, kini daerah telah memperoleh porsi yang cukup besar
dari sebelumnya. Dan Kutai Kartanegara merupakan daerah kaya yang mengimplementasikan
otonomi daerah melalui program Gerbang Dayaku, yang diantaranya menghabiskan dana yang
cukup besar pula.
"Tentu kita ingin mengetahui
secara langsung apa yang dirasakan masyarakat tanpa berpretensi mengetahui seluruh
aspirasi masyarakat, ya minimal untuk daerah-daerah yang kita teliti." kata Dwi
Saputro sembari menerangkan beberapa desa yang dijadikan obyek penelitian adalah desa
Muara Wis dan Sebemban (Kecamatan Muara Wis), desa Sebulu Ilir dan Beloro (Kecamatan
Sebulu), serta kelurahan Mangkurawang dan desa Maluhu (Kecamatan Tenggarong).
"Masing-masing desa diambil
sampel 50 responden, sehingga keseluruhannya terdapat 300 responden dari tiga kecamatan
tersebut. Dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara mendalam dengan berbagai tokoh
masyarakat, pejabat dan wakil rakyat di Kukar sebagai bahan pelengkap dan pengkayaan
materi." tambahnya.
Menurut Dwi Saputro, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian ini akan memerlukan
waktu yang cukup panjang di sela-sela kesibukan tim peneliti sebagai mahasiswa.
"Sedapat mungkin akhir April atau awal Mei laporannya sudah selesai."
"Produk penelitian mahasiswa UI
ini akan disampaikan diantaranya kepada pihak pemkab untuk pertimbangan, evaluasi dan
perbaikan pelaksanaan otonomi daerah di Kukar. Selain itu juga kepada pihak pengambil
kebijakan di level pusat, bahwa Gerbang Dayaku dapat dipertimbangkan menjadi semacam
teladan bagi daerah lain, atau semacam pilot project otonomi daerah." kata
mahasiswa jurusan Hukum Tata Negara FHUI Semester VI ini.
Sebelum kembali ke Jakarta,
rombongan mahasiswa UI ini sempat berpamitan dengan Bupati Kukar Drs H Syaukani HR MM di
Pendopo Odah Etam pada tanggal 30 Januari lalu. Bupati H Syaukani HR menyambut baik
penelitian yang dilakukan mahasiswa UI ini dan meminta mereka untuk melaporkan hasil
penelitian tersebut secara obyektif, apa adanya dan tidak ditutup-tutupi.
"Kami harus cermin diri jika
memang Program Gerbang Dayaku ada kekurangannya. Bisa jadi karena bawahan saya lemah, SDM
di lapangan lemah dan sebab-sebab lainnya. Tapi, kalau mengetahui ada kelemahan akan lebih
fatal lagi jika malah dibiarkan saja." kata Syaukani. (win) |