KutaiKartanegara.com 20/10/03 21:26 WITA
Sebuah buku yang mengisahkan pribadi
Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura H Adji Mohamad Salehoeddin II akan segera
diluncurkan pada pertengahan bulan Ramadhan yang akan datang.
Buku berjudul Pangeran Praboe, Sultan
Kutai dan Kehidupannya ini dikarang oleh tokoh pemuda Kaltim, Muhammad Amir P Ali yang
saat ini menjabat sebagai Ketua KNPI Kaltim periode 2001-2004.
Direncanakan buku yang dikemas dalam
bentuk buku saku setebal 141 halaman ini akan diluncurkan ke tengah masyarakat pertengahan
Bulan suci Ramadhan mendatang di Tenggarong.
Buku yang dikemas dalam bentuk buku saku
setebal 141 halaman ini terdiri dari 10 Bab dimana pada bab pertama hingga ketiga bertutur
tentang sejarah kejayaan Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan tertua di Indonesia.
Memasuki Bab 4 hingga 8, buku ini
menceritakan sisi kehidupan sang Sultan Kutai beserta keluarganya. Banyak hal menarik yang
belum banyak diketahui masyarakat tentang kehidupan sang Sultan terutama pada Bab 6 dan 7.
Pada Bab 6 misalnya, diceritakan bahwa bangunan bekas istana kesultanan yang difungsikan
sebagai Museum Mulawarman saat ini merupakan saksi bisu sejarah.
"Terus terang, saya sedikit trauma
bila berlama-lama berada di Museum Mulawarman Tenggarong ini. Soalnya terkenang akan masa
lalu dimana Ayahanda (Sultan AM Parikesit) masih hidup, kejayaan masih dalam genggaman dan
di bangunan itu pula kehancuran diterima oleh kerabat kesultanan. Jadi terus terang, saya
merasa getir memasuki museum," tutur Sultan HAM Salehoeddin II dalam buku tersebut.
Sementara pada Bab 7 yang berjudul Penderitaan
Hidup disebutkan bahwa Pangeran Praboe sepeninggal ayahandanya AM Parikesit, ternyata
bukan saja istananya yang diambil paksa, namun juga harta benda dan kekuasaannya mutlak
diberangus.
Kegetiran lain disampaikan oleh anak
Sultan Kutai yakni Aji Ali Zain dalam buku tersebut. Menurut Aji Ali Zain, para keturunan
Sultan harus mencari nafkah dengan perjuangan, tidak bisa lagi hidup dengan upeti ataupun
royalty. Pada bab ini tampaknya merupakan rangkuman dari judul yang diberikan pada buku
ini yaitu Pangeran Praboe, Sultan Kutai dan Kehidupannya.
Sedang pada bab-bab terakhir terutama
pada Bab 9 dan 10, penulis M Amir P Ali mengangkat tulisan mengenai pelaksanaan Erau
sebagai upacara adat Kesultanan Kutai Kartanegara dan even skala nasional yang pernah
dilaksanakan yakni Festival Keraton Nusantara III.
Pada bagian akhir dari buku mungil ini
juga dilengkapi dengan kumpulan foto-foto tentang Kesultanan Kutai Kartanegara dan
kegiatan Erau Adat Kutai yang semuanya berjumlah 25 foto, baik hitam putih maupun
berwarna.
Pada lampiran yang ada pada halaman 105
hingga 136, dapat dijumpai hal-hal yang cukup penting untuk diketahui pembaca terutama
bagi mereka yang ingin mengetahui Kesultanan Kutai lebih mendalam, seperti Silsilah Sultan
Kutai Kartanegara, gelar kebangsawanan, benda-benda peninggalan budaya milik Kesultanan
serta Undang-Undang Dasar Kesultanan Kutai Kartanegara yang disebut dengan Panji Selaten.
Sebagai bahan referensi untuk memahami
dan mengenal seni budaya dan Kesultanan Kutai, buku yang dicetak Bio Pustaka Yogyakarta
ini menarik untuk dimiliki.
Menurut Editor buku ini, Drs Abidinsyah
Kadrie MM, buku ini penting untuk dimiliki setiap warga Kukar. Untuk itu pihaknya akan
mendistribusikan buku ini ke seluruh kecamatan yang berjumlah 18 Kecamatan di Kukar.
"Kita harapkan setiap Kecamatan
mendapatkan paling tidak 20 eksemplar buku ini. Dan bila masyarakat ingin memiliki buku
ini bisa membelinya di toko-toko buku di Samarinda maupun Tenggarong," ujar
Abidinsyah Kadrie. (joe/win) |