Kawasan Delta Mahakam di pesisir timur pulau
Kalimantan yang kaya akan sumberdaya alam
Grafis: Agri |
|
|
KutaiKartanegara.com 09/04/04 22:44 WITA
Kawasan delta Mahakam yang kaya akan
sumber daya alam baik dari sektor pertambangan migas dan perikanan memang merupakan salah
satu aset perekonomian nasional pada umumnya dan Kutai Kartanegara pada khususnya.
Namun demikian, peman-faatan lahan
kawasan delta Mahakam untuk tambak-tambak udang yang tumbuh pesat dan tak terkendali dalam
10 tahun terakhir telah membawa resiko masa depan yang buruk bagi sumber daya alam dan
kehidupan masyarakat di delta Mahakam baik secara ekonomi maupun ekologi.
"Saat ini ada empat permasalahan
yang dipriori-taskan pemecahannya terkait dengan konflik lahan dan akses lahan di delta
Mahakam yakni penanganan erosi dan abrasi, keberlanjutan dan meningkatkan hasil produksi
tambak, tersedianya kawasan perkembangbiakan satwa perairan serta mencegah terjadinya
pencemaran," kata Fazrin Rahmadani saat mempresentasikan Proposal Pengelolaan
Berkelanjutan Sumberdaya Delta Mahakam, Kamis (08/04) kemarin di Tenggarong, didampingi
Robin Bourgeois dari CIRAD (Centre de Coopération Internationale en Recherche Agronomique
pour le Développement) Perancis.
Menurut Direktur Eksekutif BEBSiC (Borneo
Ecological & Biodiversity Conservation) ini, strategi yang diambil untuk
mempertahankan fungsi ekologis dan keuntungan-keuntungan ekonomis dalam jangka waktu yang
panjang dan terus-menerus ini adalah dengan menerapkan suatu model pengelolaan yang
berkelanjutan di kawasan delta Mahakam dengan melibatkan seluruh stakeholder yang peduli
baik skala lokal, nasional maupun internasional.
Ditambahkannya, lembaga-lembaga yang akan
terlibat selain lembaga pemerintahan seperti Pemprov Kaltim dan Pemkab Kutai
Kartanegara juga melibatkan perusahaan-perusahaan, LSM, lembaga pendidikan,
penelitian, perguruan tinggi serta lembaga-lembaga internasional seperti CIRAD (Perancis),
JICA (Jepang), USAID (Amerika Serikat), GTZ (Jerman), Komisi Eropa, UNESCO, UNDP, UNV,
FLB, CIFOR, TNC dan Wetlands International.
Untuk membantu pendanaan bagi pengelolaan
sumberdaya delta Mahakam ini, pada lima tahun pertama akan memperoleh dukungan mitra
nasional serta donatur internasional. "Kemudian langkah progresif harus dilakukan
agar lima tahun berikutnya dapat membiayai sendiri atau lepas dari dukungan donatur,"
kata Fazrin.
Dikatakannya, untuk pengelolaan delta
Mahakam ini akan dijaring tenaga-tenaga di tingkat daerah, nasional maupun internasional
yang akan menempati posisi-posisi seperti Supervisor, Manager Program, Penasehat Teknis,
Pimpinan dan Staf Tim Koordinasi Stakeholder (TKS), Pimpinan dan Staf Pelayanan Informasi
serta Sekretaris.
Ada 4 TKS yang dibentuk untuk menangani 4
permasalahan utama di delta Mahakam yakni TKS Penggunaan Lahan, TKS Sylvofishery, TKS
Erosi serta TKS Pencemaran dan Pemeliharaan Kawasan. Keempat TKS ini bertanggung jawab
kepada Manajemen UKP (Unit Koordinasi Program) yang terdiri dari Manajer Program,
Supervisor dan Penasehat Teknis.
Adapun tugas-tugas yang akan dilakukan
masing-masing TKS diantaranya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan, melakukan
evaluasi, membuat definisi aturan, menulis legal dokumen, membuat usulan/kebijakan serta
memonitor keter-libatan/keikutsertaan dari berbagai stakeholder. (win)
Berita Sebelumnya:
BEBSIC-CIRAD Presentasikan Pengelolaan Terpadu Delta Mahakam (08/04/04)
PBB Dukung Penyelamatan Delta Mahakam (07/04/04) |